Kami
memahami makna marketing sebagai dakwah, karena pada dasarnya dakwah ini adalah
menjual dan mempromosikan nilai Islam yang kita yakini kebenarannya. Makna
mempromosikan dan menjual ini memang menjadi unik karena seringkali kita
melihat dakwah hanya sebatas konten yang akan kita sampaikan. Padahal jika
melihat dalam kacamata umum, seseorang tidak mungkin melihat sesuatu lebih
detail ketika ia tidak tertarik dengan tampilan luarnya. Oleh karena itu dalam prosesi
marketing LDK ini perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain :
- Konten
- Sasaran / segmentasi objek dakwah
- Pengemasan
- Pemasaran / promosi
- Closing / transaksi / kesepakatan
Hal-hal
yang diperhatikan ini memang tampak seperti menjual produk, memang kita dalam
berdakwah ini akan berurusan dalam penjualan produk yang sudah Allah berikan
kepada kita melalui Nabi Muhammad. Konten dalam hal marketisasi LDK terkait
kepada value atau materi yang akan disampaikan, kita perlu memahami kebutuhan
objek dakwah kita dan menyesuaiakan konten yang akan disampaikan dengan
keberterimaan objek dakwah. Sasaran adalah target
market yang menjadi penerima agenda dakwah kita, objek dakwah haruslah
terklasifikasi dan tersegmentasi agar tepat tujuan, contoh : agenda tabligh untuk
semua mahasiswa, agenda tasyakuran akbar untuk mahasiswa tingkat satu, agenda
diklat mahasiswa muslim untuk mahasiswa tingkat dua, agenda survival untuk
mahasiswa tingkat tiga dan career sharing
untuk mahasiswa tingkat empat. Pengemasan dalam konteks agenda dakwah
seputar bagaimana pencitraan yang akan timbul kepada masyarakat kampus. GAMAIS
ITB mencoba mencitrakan LDK yang lembut dan ramah, hal ini terimplementasikan
dalam berbagai bentuk, salah satu nya publikasi kami yang selalu tampak lucu.
Selain itu penamaan kegiatan yang tampak “ramah di mata dan telinga” seperi
metamorphosis, look inside my environtment, GAMAIS PEDULI, A-day, BBQ, dan
lain-lain. Pemasaran terkait bagaimana kita bisa menjual agenda ini dengan
baik, prosesi penjualan paling efektif adalah melalui kader LDK itu sendiri,
bagaimana seorang kader mampu berkomunikasi dan menjual agenda dakwah kita,
disinilah menjadi sebuah tadhrib amal tersendiri
bagi kader LDK untuk belajar bagaimana menjadi da’i dalam arti sesungguhnya,
yakni menyeru dan mengajak. Selanjutnya yang terakhir adalah closing, dimana telah terjadi
kesepahaman antara da’i dan mad’u dimana seorang mad’u bersedia menerima nilai
yang kita sampaikan atau dalam konteks kegiatan LDK, seorang mad’u sepakat
untuk mengikuti cara yang kita rencanakan.
Dalam
menjalankan amanah dakwah tentunya syiar menjadi sebuah tahapan yang selalu
digunakan. dalam skematik dakwah di masyarakat. Syiar mempunyai sebuah posisi
dalam mengubah masyarakat umum menjadi masyarakat yang semi-afliasi dengan Islam.pertanyaan
nya apakah syiar kita sudah memenuhi kaidah manajemen yang baik agar dakwah
kita efesien dan efektif ? pada dasarnya dalam menentukan arah gerak syiar
selalu berbasis pada sirah nabawiyah.
Melihat dan memahami langkah bagaimana Rasul melakukan manuver dakwah hingga
Islam bisa berada di seluruh pelosok
dunia ini.
Serigkali
kita berbicara mengenai bagaimana menyentuh masa kampus, bagaimana menyusun
agenda dakwah, bagaimana strategi syiar ramadhan dan lain sebagainya. Akan
tetapi, kita sering lupa bahwa kita bukanlah event organizer biasa, kita adalah jundullah yang mempunyai peran lebih dalam masyarakat. seorang
kader dakwah kampus bukanlah EO, melainkan seorang da’i, oleh karena itu jika
berbicara tentang bagaimana marketisasi yang terbaik, saya akan langsung
mengatakan bahawa marketisasi terbaik adalah ketika kita sebagai kader dakwah
secara terus-menerus direct seliing atau
mengajak secara langsung melalui lisan kita kepada objek dakwah untuk bergabung
dalam barisan dakwah kita. Untuk itu semua saya menyadari bahwa kunci dalam
dakwah adalah komunikasi. Allah mengajarkan kepada kita untuk berdakwah dengan
hikmah dan dengan cara yang baik. Dalam kaitannya dengan komunikasi adalah
bagaiamana kita bisa menyampaikan konten dakwah dari Allah dengan cara terbaik
mungkin agar diterima oleh masyarakat.
- Tentukan Pesan apa yang mau disampaikan. Seorang pengirim pesan perlu memahi isi pesan yang akan disampaikan. Dengan pemahaman yang baik akan berdampak pada penjiwaan dalam bergerak, dan efektifitas tingkat ketersampaian pesan.
- Menentukan metode atau sarana yang akan digunakan dalam menyampaika pesan, kita harus pandai memilih cara, salah memilih akan berdampak besar dalam keberlanjutan dakwah kita.
- Memastikan apakah penerima pesan sudah siap untuk menerima pesan yang akan kita sampaikan, pemahaman objek dakwah diperlukan disini.
- Algoritma berpikir ini sangat penting dipahami, akan tetapi algoritma ini tidak akan berguna jika seorang kader tidak memahami pesan, sarana dan penerima pesan.
Dalam
skala individu pun bisa kita lakukan, dengan tetap memperhatikan pola berpikir
ini, pola berpikir sales. Saya
mencoba mengajak kepada seluruh kader dakwah untuk menerapkan cara berpikir
bahwa dakwah ini adalah ”jualan”, dengan harapan akan ada perubahan tampilan
dakwah dimana kita bisa menggunakan cara berpikir “konten samawi, pengemasan
Ardhi”. Oleh karena itu diperlukan
penanaman jiwa marketing ini pada semua kader, karena kader adalah sales dakwah kita di kampus.
Menganalogikan Da’i sebagai penjual dan objek dakwah sebagai pembeli merupakan analogi yang tepat, ketika produk dakwah kita tidak diterima, maka jangan menyalahkan objek dakwah, justru ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengevaluasi dan memperbaiki produk dan pengemasan dakwah kita. Sebagai penutup bagian ini saya akan menyampaikan 5 parameter yang bisa digunakan dalam menilai apakah syiar kita sudah efesien, efektif dan andal.
1.
Cash flow
dalam perencanaan keuangan pada agenda
syiar haruslah berpegang pada nilai balance cashflow atau bahkan surplus
cashflow. dakwah butuh jihad, dan jihad butuh dana. Pendanaan yang baik akan
membuat syiar kita tidak terkesan dipaksakan dan bisa optimal. Syiar yang baik
tidaklah harus mahal. Akan tetapi cocok dan sesuai dengan kebutuhan objek
dakwah. disinilah perencanaan syiar harus memikirkan dana, jangan sampai dana
yang ada terlalu besar. Walau memang dengan rencana anggaran yang besar, bisa
menjadikan kader dakwah kreatif dalam menggalang dana. Sebuah lembaga dakwah
kampus seharusnya bisa menghasilkan uang dalam jumlah besar. kebebasan
finansial membuat sebuah LDK bisa mandiri serta independen dari semua pihak.
2.
Appreciation
apresiasi ini adalah tanggapan atau respon
dari semua stakeholder yang terkait dengan agenda yang di adakan. Apresiasi
pertama tentu dilihat dari perserta atau objek dri agenda yang dibuat. Apakah
mereka puas dan senang dengan agenda yang disusun. karena tujuan syiar ini
adalah mentransformasi objek dakwah yang masi belum tau menjadi tau. Penilaian
termudah dalam melihat apresiasi adalah dengan adanya orang-orang yang
tergabung dalam simpatisan dakwah. dalam hal ini peran data sangat penting
untuk di gunakan dan berdungsi dalam melihat evaluasi agenda dakwah. Stake
holder lainnya seperti pengisi acara, pihak yang diajak kerjasama dana,
donatur, dsb. Apresiasi dari mereka sangat penting karena tanpa mereka agenda dakwah ini tidaklah akan berjalan dengan
lancar.
3.
Participation
ada dua pihak dalam hal partisipasi, pihak
panitia dan pihak objek dakwah itu sendiri.
partisipasi pihak panitia sangat penting. kita ini jamaah dakwah
sehingga keberhasilan dakwah ini tampak pada
kebertambahan
keimanan para subjek dakwah. dan pada hakekatnya setelah agenda dakwah sesuai
dengan sirah, seharusnya terjadi pertambahan subjek. Partisipasi dari massa
kampus atau objek dakwah akan agenda kita, bisa dilihat dari cara mereka
merespon dan mendukung agenda kita. Apakah hanya sebagai pengunjung atau juga
memberikan dukungan lainnya.
4.
Value
Selalu ada fikroh atau pemikiran yang akan
disampaikan dalam setiap syiar kita. Penyebaran fikroh ini menjadi sebuah misi
dalam dakwah kita. Selain itu nilai yang
kita maksudkan sejatinya bisa menjadi corong opini dan mengubah pola pikir dari
objek dakwah kita. Dengan selalu berpegang pada value yang akan disampaikan,
dakwah ini akan senantiasa selalu pada asholahnya. Pentingnya penentuan value
juga harus diperhatikan. Jangan sampai nilai atau pesan yang disampaikan
kontraproduktif, karena tidak sesuai dengan kebutuhan objek.
5.
Documentation
dokumentasi menjadi hal yang sangat mahal.
kebiasaan diantara kita semua dokumentasi seringkali terlupakan. sehingga tidak ada hal yang bisa
diturunkan ke penerus kita di lembaga dakwah. Ada dua hal yang haru
terdokumentasi dengan baik. pertama dokumentasi data seperti notulensi
rapat,proposal, ide-ide, dan lain-lain.. kedua dokumentasi foto dan film
kegiatan. penyimpanan data ini juga harus terorganisir dengan baik sehingga
bisa jadi warisan penting bagi penerus dakwah kita di masa yang akan datang
Ditulis oleh
Ridwansyah yusuf achmad